Green Issues adalah blog di bawah www.iddaily.net dan fokus pada isu-isu lingkungan hidup. Seperti kita tahu, lingkungan hidup kita terancam oleh berbagai aktivitas manusia yang tidak mempedulikan masa depan lingkungan. Itu yang harus kita lawan, dengan terus memberitakan berbagai berita kerusakan lingkungan. Sehingga muncul kesadaran bersama untuk menjaga bumi kita.

*Kirimkan karya tulis dan foto tentang lingkungan. Karya akan dimuat di www.iddaily.net dan Greenissues. Kepedulian kita menjadi bagian penyelamatan bumi.

28.8.08

SELAMAT DATANG DI GREEN ISSUES!

>> GREEN HEADLINE

1. Pasca Pertemuan Tingkat Tinggi Iklim Kopenhagen Press Release

Pada tanggal 16 Februari 2010, Kedutaan Besar Jerman bersama-sama dengan Kedutaan Besar Denmark menyelenggarakan simposium “ Post-Copenhagen Climate Summit – Shared Views on Global Action and How to Proceed in Indonesia”di Kedutaan Besar Jerman di Jakarta.

Duta Besar Jerman, Dr. Norbert Baas dan Duta Besar Denmark, Borge Petersen, menyambut para pembicara panel yang antara lain adalah Mantan Menteri Lingkungan Hidup, Rahmat Witoelar, Agus Purnomo (kedua-duanya dari Dewan Nasional Perubahan Iklim/DNPI), El- Mostafa dari United Nations Development Programme (UNDP) maupun wakil-wakil dari Departemen Keuangan, Departemen Perdagangan, Kamar Dagang Indonesia (KADIN) maupun Duta Besar Amerika Serikat Cameron Hume, Duta Besar Meksiko Melba Pria Olavarrieta dan Julian Wilson, Duta Desar Uni Eropa.

Simposium tersebut bertujuan mendukung dialog antara Indonesia dan masyarakat internasional dengan bersama-sama mengembangkan strategi pengendalian bahaya perubahan iklim. Dari perspektif Indonesia, Uni Eropa sebaiknya memegang peranan penting dalam diskusi pembahasan kebijakan perubahan iklim global, karena Uni Eropa telah menunjukkan bahwa diperlukan kebijakan perubahan iklim yang efektif dan efisien.

Uni Eropa telah menyatakan dukungannya bagi Indonesia dalam usahanya mencapai kebijakan lingkungan hidup yang berhasil. Indonesia dipandang sebagai mitra yang penting di wilayah Asia Tenggara dan diprediksi dapat memainkan peranan aktif dalam mencapai tujuan iklim global terutama mengingat keberhasilan penyelenggaraan Konferensi Perubahan Iklim di Bonn, Jerman dan di Meksiko tahun lalu.

1. Greenpeace: 2010 Tahun “Uji Emisi” Indonesia

Menurut Greenpeace, tahun 2010 adalah tahun yang akan menjadi ujian awal bagi pemerintah Indonesia untuk benar-benar muncul dengan usulan kongkrit pengurangan emisi seperti yang dikomitmenkan oleh pemerintah pada pertemuan iklim Copenhagen tahun lalu.

2. Catatan Greenpeace atas kehadiran SBY di Copenhagen

Organisasi lingkungan Internasional, Greenpeace mencatat beberapa poin penting yang dikatakan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dalam Conferensi Internasional Perubahan Iklim di Copenhagen, Denmark, beberapa waktu lalu. Salah satunya, SBY meyakinkan 110 pemimpin bahwa seluruh negara harus mulai “bergerak” untuk mengubah iklim menjadi lebih baik pada 2010.





3. Menyelamatkan Surabaya dengan Mangrove

Kampanye penanaman mangrove (bakau) gencar dilakukan Pemkot Surabaya. Antisipasi terhadap pengikisan tanah oleh air laut (abrasi) ini dinilai perlu. Menurut data yang dihimpun Mahasiswa Pecinta Alam UNESA, dari 26 km panjang pantai Surabaya, hanya 10% yang ditumbuhi mangrove, sisanya dibangun pemukiman dan tambak.


4. Australia Penghasil CO2 Tertinggi di Dunia

Australia adalah salah satu penghasil karbon dioksida per kapita yang tinggi di dunia akibat ketergantungannya terhadap cadangan batu bara yang melimpah. Australia juga dianggap sebagai salah satu negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Karena itu Perdana Menteri Kevin Rudd telah memproritaskan isu perubahan iklim dalam kepemimpinannya, dan menginginkan peraturannya disahkan sebelum pertemuan di Copenhagen.
Kompas.com | Selasa | 1/1/2009

5. Dalai Lama: Isu Pemanasan Global Harus Menjadi Prioritas

Pemimpin agama dan negara Tibet Dalai menilai isu pemanasan global yang sedang dihadapi dunia saat ini hendaknya menjadi isu utama negara-negara di dunia. Karena itulah, Pemenang Nobel Perdamaian tahun 1989 ini sangat mendukung pertemuan perubahan iklim di Kopenhagen, Denmark minggu depan.
Kompas.com | Selasa | 1/1/2009